Beberapa hari yang lalu adalah 100 hari wafatnya presiden keempat kita yaitu KH.Abdurrahman Wakhid. Kepergian beliau hampir membuat warga negara ini menangis. Apalagi bagi yang merasa sangat dibela dan diperjuangkan hidupnya. Pada tanggal 5 Desember 1994 menggema di ruamg sidang muktamar Nahdatul Ulama’. Terpilihnya beliau sebagai ketua merupakn suatu hal yang sangat brillian dikalangan PBNU dan mendapat reaksi yang positif dari berbagai kalangan.
Dua bulan dari terplilhnya menjadi ketua PBNU dalam majalah Asiaweek pada tahun 1994, beliau masuk dalam urutan ke-24 tokoh yang sangat berpebgaruh dalam perubahan dunia. Setelah menjadi ketua PBNU beliau termasuk tokoh intilektual Muslim yang mempunyai pemikiran-pemikiran liberal. Dari pemikiran islamnya yang inklusif , pemikirannya tidak hanya terkenal dalam nasional tapi juga internasional.
Lahir di Jombang 4 Agstus 1940 dan tumbuh di lingkungan pondok pesantren yang madzhab sunni membantunya dalam pemperdalam dan mengembangkan intelektualnya. Walaupun tumbuh dilingkungan santri tetapi pendidikan formal ditempuh dalam pendidkan sekular, seperti di SR (sekolah Rakyat), dan SMEP (seklah Menengah Ekonomi Pertama). Selanjutnya, ia melanjutkan keberbagai pondok pesantren. Setalah lulus dari pondok pesantrn kemudain melanjutkan ke Kiro yaitu universitas al-Azhar. Selama menempuh pendidikannya di Al-Azhar, ia menghabiskan waktunya di Perpustakaan tapi kemudian pindah ke America University Library. Disana dihabiskan waktunya untuk menelaah buku-buku. Dari mesir pindah ke Bagdad, disanalah ia menelaah dasar-dasar pemikiran tentang ajaran islam yang bercorak liberal.
Dalam sebuah buku karangan Umaruddin Masdar menjelaskan bahwa “pemikiran gusdur adalah kontektualisasi khazanah pemikiran klasik yang menjadi dasar pemikiran Neo modernisasi. Abdurrahman wakhid tidak sekedar menggunakan pemikran tradisional tetapi berdasarkan ushul fiqh (teori Hukum), Manhaj (Metodologi) dan kaida-kaidah hukum(Qawwaid fiqhiyah). Abdurrahman Wakhid tidak hanya menginginkan negara ini menjadi negara Suplementer yang lurus terhadap satu pihak saja sehinga menimbulkan minoritas dan perpecahan tapi dengan pemikirnanya yang liberal, mencoba untuk menerima semua corak pemikiran, budaya, dan agama tanpa harus ada sifat fanatikisme.
Dari pemikiran-pemikirannya liberalnya cenderung terbuka kepada semua pihak sehingga ia Dikenal sebagai bapak Pluralsme Indonesia. Bahkan dari pihak internasional Gusdur tidak hanya dikenal sebagai bapak Pluralisme Indonesia tapi juga bapak Pluralisme Dunia. Karena keakrabannya pada semua pihak sehingga ketika menjadi tamu Di Washngton, ia mendapat kepercayaan menjadi Keynote Speker. Disamping itu juga dengan kepluralismeannya, Ia membebaskan Agama Tinghoa dari keminoritasan menjadi agama yang diakui oleh negara ini dan dengan pemikirannya yang pluralisme. Ia sangat berjasa pada artis-artis yang ketika itu mendaapt kecaman dari pihak MUI. Sehingga membawa duka yang sangat mendalam bagi orang –orang yang telah di tingalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar